Sabtu, 07 April 2012

syair abunawas


Syair abu Nawas

March 2nd, 2010
Ilahi Lastu lilfirdausi ahla, walaa aqwa 'ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainaka ghafirudz-dzanbil 'adzimi
Dzunubi mitslu a'daadir-rimali, fahabli taubatan ya Dzal Jalaali
Wa 'umri naqishu fi kulli Yaumi, wa dzanbi zaaidun kaifa-htimali
Ilahi 'abdukal' aashi ataak, muqirran bi dzunubi wa qad di'aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahlun, anggur tadrud faman narju siwaaka
..............
Ya Allah ... tidak layak hambaMu ini masuk ke dalam surga-Mu
tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon tobat dan mohon ampun atas dosaku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai
maka anegerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
..............
Tampaknya syair di atas akan tetap kekal sampai akhir jaman untuk manusia, sebagai pengingat dan renungan tentang dosa-dosa manusia. Siapa pun itu dan dimanapun, syair itu sangat tepat dan cocok sebagai cambuk peringatan. Apalagi di tengah suhu udara panas yang menimpa bumi, bahkan cuaca tak menentu. Ada yang panas sampai 38 derajat celcius, seperti di jogja. Tapi di lain tempat adalah banjir dan longsor, seperti di jakarta dan Bandung.
Selain itu, menurut saya suhu nasional juga sedang panas. Sakit dan meradang. Apalagi hari ini, di televisi banyak suguhan adegan "kekerasan". Baik di luar ruang gedung wakil rakyat, maupun di dalam ruang. Saya sebagai penonton sampai malu, ga tega mau melihat lebih lanjut.Lalu apakah para pemeran adegan itu merasakan malu?
* Syair tersebut adalah gubahan Abu Ali al-Hasan ibnu Hani al-Hakami. Seorang sufi besar dan juga seorang penyair Islam termasyhur di era kejayaan Islam pada zaman kekuasaan Sultan Harun al Rasyid al Abassi, yang menjadi khalifah Dinasti Abasiyah tahun 786-809. Pada zamannya dia dikenal dengan sebutan Abu Nawas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar