Senin, 02 April 2012


Surat Untuk IBU


Aku selalu mengatur batu yang ingin menangis dalam penatnya, 
Tetapi batu yang aku singgahi melebihi jauhnya elang yang terbang di angkasa lepas. 
Rakitan demi rakitan aku perjuangkan untuk mendapatakan senyuman dalam khayal yang aku persembahkan untuk mereka yang haus akan rasa sayang, 
Namun,. 
Malam selalu bersahaya dan berusaha memanggil sinar yang takakan pernah aku dapatkan, 
Karena semua sinar itu selalu penuh tanda Tanya untuk pelangi yang sedang ingin membuat warna baru, 
Lampu-lampu jalan pun selalu menertawakan hal yang aku jalani, 
Seakan-akan, 
Sayap yang ku pinjam beberapa hari yang lalu, 
Di beritakan di atas langit yang biru,,,
Begitu nafsunya aku menghitung segala yang aku tebarkan, 
Namun aku tak pernah tau,, 
Betapa pilunya sungai yang pernah aku temui sekaligus aku singgahi, 
Dan disana banyak penghuni yang merindukan sosok seorang ibu, 
Meratapi betapa menyesakkan dada mereka tanpa senyumannya, 
dan aku pun mendapatkan pengalaman baru, 
Yaitu, meneteskan air mata bersama orang-orang yang penat dalan perjalanan ..
Ohh ibu 
Begitu ku ingin mencabik kertas perlayaran ku yang indah itu, 
dan berusaha tuk menemukan kompas yang pernah kau selipkan. 
Aku ingin memperkenalkan semua samudra yang pernah aku kunjungi, 
Namun ku tak bisa kembali, 
Setiap jembatan yang aku temui,, 
Selalu menghina ku seketika lumpuh .. 
Apakah wahana baru untuk ku ibu ..?
Aku adalah orang yang selalu haus akan selera ku, 
Dan aku adalah orang yang sangat egois dalam kata mu, 
Masih adakah senyuman yang pernah kau berikan untuk ku ibu? 
Aku meyakini segala kepalsuan dunia tanpa kompas mu, 
Dan aku selalu berusaha memahami setiap penemuan butaku, 
yang membuat ku tak pernah nyaman dalam istana yang aku rancang sendiri.
Ibu,, 
Bisa kah aku kembali? 
Kembali dalam kerutnya kening mu? 
Aku akan menyaksikan betapa terlambatnya aku dalam menghafal segala senyum mu, dan Jangan pergi ibu, 
Sebelum aku bisa kembali dalam batin mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar